Tidak Ada Yang Benar-Benar Hilang

Tidak Ada Yang Benar-Benar Hilang ~ Ngomongin kehilangan, dari kejadian pandemik 2019 entah berapa banyak dari kita yang meninggal juga ditinggalkan. Kehilangan menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Kehilangan kesempatan, kehilangan pekerjaan, kehilangan waktu, kehilangan diri sendiri, kehilangan orang yang dicintai terus apalagi ya? Ternyata macam-macam kehilangan, yang rasanya sama-sama menyakitkan. *bentar tarik nafas dulu. Fiuuuh.





Kehilangan itu menakutkan. Saya mantau berita tentang Kang Emil dan Bu Cinta aja nangis nggak kelar-kelar, ikut nyeseeeek. Ya Allah semoga mereka dikuatkan selalu dan diridhoi oleh Mu. Amiin. Saya jadi ingat dulu pernah kehilangan teman saat SMP. Beliau berpulang lebih awal. Nggak ada yang nyangka. Sedih. Dan yang teramat sedih ya orang tuanya. 

Kalau kita pikirin bakal enggak bisa tidur deh! Nggak terbayang kehilangan sesuatu yang dicintai tapi sesungguhnya tidak ada yang benar-benar hilang karena kita bukan pemiliknya.

Dari teori seorang psikiater, Elisabeth Kubler-Ross mengembangkan sistem lima tahap dalam proses kesedihan yaitu penyangkalan, amarah, negosiasi dengan diri sendiri, depresi yang sering melemahkan, penerimaan. Penerimaan adalah tahap yang paling tinggi ya. Ikhlas menerima keadaan. Dengan berdamai dengan keadaan sebenarnya bukan untuk orang lain tapi untuk diri sendiri.


Baca Juga : Berdamai Dengan Keadaan


Mengganti Kenangan

Semua tau nggak ada hal yang kekal abadi. Bahkan kenangan pun kadang bisa terganti. Kenangan buruk terganti oleh kenangan indah, apa bisa? iya bisa, asal kita mau berusaha. Terlalu banyak menoleh ke belakang, seringkali bertemu luka dan luka-luka kita hanya bisa diobati dengan rasa ikhlas. Kata-kata motivasi sih itu omong kosong, dia nggak tau seberapa sakitnya kita? seberapa banyak kehilangan yang datang. Kenapa hidup begini, kenapa begitu? mau nanya doraemon, oh nggak mungkin itu hanya fiksi. Sekencang apa pun pelarianmu, lakukan hal yang berarti di masa sekarang. Masa lalu itu seperti langit kalau hanya disesali.


Yakin Takdir Allah Yang Terbaik

Melanjutkan hidup yang diberikan oleh Allah. Ketetapannya terkadang berat mungkin untuk membersihkan dosa-dosa saya selama ini. Bergerak maju dengan memahami bahwa takdir Allah yang terbaik. Seringkali hikmahnya belum terlihat saat ini karena tertutupi rasa sedih yang mendalam, namun lambat laun harus yakin semua yang kita alami  adalah yang paling terbaik untuk kita. Selalu ingat ayat ini semoga bisa menguatkan ya. 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).


Bukan Milikmu

Nggak ada yang benar-benar milik kita. Ingat kan, semua cuma titipan. Semua adalah tukang parkir. Awal kehilangan pasti menyesakkan dada, setiap kali bisa sedih seperti nggak ada habisnya tapi air mata akan kering juga. Nggak ada namanya sedih terus menerus, pasti akan ada bahagia.

"Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan (pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu."(Q.S. An-Nisa' : 126).

Masih terus belajar merenungi hikmah setiap kejadian yang telah Allah atur. Semua berlalu, tapi jangan sampai kehilangan semangat dan motivasi untuk melakukan hal terbaik dalam hidup. Belajar tidak peduli pada hal-hal yang mematahkanmu. Kamu bisa! Karena tidak ada yang benar-benar hilang selama Allah bersamamu.

Komentar

  1. Karena sering kehilangan, sekarang aku mewajarkan kalau orang itu sama seperti musim ada kalanya datang lalu pergi. Entah kembali atau tidak pasti akan terganti, jadi tidak perlu terpaku dengan satu orang. Lagi pula, ya benar ada Allah yang masih bersamamu di sini.

    BalasHapus
  2. Aku pun mengambil pelajaran selama pandemi, baik terkait kehilangan juga tertular covid. Intinya tetap yakin kepada Allah, berlapang dada, juga jaga imunitas diri, keluarga juga di lingkungan sekitar.

    BalasHapus
  3. Iyes, takdir Allah pasti yang terbaik, kita perlu menyesuaikan diri saja, menjalaninya dengan ikhlas. Gak mudah sih tapi, in syaa Allah bisa.

    BalasHapus
  4. Aku pernah mengalami kehilangan yang menyakitkan, bukan kematian sih tapi rasa sesaknya masih terasa sampai sekarang. Paling banter kalau lagi merasa sedih aku istighfar aja dan meyakinin bahwa Allah akan ganti yang jauh lebih baik. Soalnya aku selalu percaya ada hikmah-Nya cuma kadang manusianya aja yg suka gak sabaran pengen tahu apa maksud Dia bikin kita sampai kehilangan sesuatu/ seseorang yg mungkin berharga hiks

    BalasHapus
  5. Ya Allah aku baru nonton youtube Mata Najwa aja ikut nangis lagi, padahal kejadiannya sudah lewat. Memang kehilangan ini gak ada yang bisa memprediksi sebelumnya ya, harus ikhlas karena sudah ada takdirnya. Mudah-mudahan kita sebagi orang yang selalu bersyukur juga

    BalasHapus
  6. Ah iya, kehilangan orang yang disayangi adalah cobaan hidup yang paling berat
    Memang awalnya sangat berat untuk dijalani ya mbak, namun seiring dengan berjalannya waktu kita pasti bisa menerima dan memetik hikmahnya

    BalasHapus
  7. Selalu ada orang yang datang dan pergi dalam kehidupan kita. Aku percaya sih kalau semuanya bersifat sementara dan tak ada yang abadi di dunia ini. Maka belajar ikhlas saat kehilangan itu penting banget buatku..

    BalasHapus
  8. Sejak kecil sebaiknya ditanamkan pengertian itu, baik hilang barang, maupun ditinggal orang terdekat untuk selamanya, bahwa segala sesuatu memiliki takdir dan jalannya. Kita sendiri pun sama, ada saatnya pergi dan mungkin ditangisi yang lain.
    Intinya kepercayaan, keimanan dan pemahaman. Kalau tidak ada yg fana di dunia ini
    Insyaallah jika sejak kecil diberi pengertian itu semakin dewasa akan semakin bijak menyikapi nya

    BalasHapus
  9. Semua adalah titipanNya, aku belajar dari kehilangan kedua alm bapakku, yang selalu mengingatkan tentang arti kehilangan, dan semuanya menjadi kenangan .
    Begitupun di Bandung huhu waktu A Eril pergi, duka berjamaah itu, hiks.
    Semoga kita bisa menyiapkan ruang untuk kehilangan..

    BalasHapus
  10. Ya Allah, baca dari paragraf pertama sampai terakhir cuma bisa manggut manggut. Membenarkan semuanya bahwa di dunia ini semua hanyalah titipan. Belajar untuk mengikhlaskan segala sesuatu memang tidak mudah rasanya ya mba

    BalasHapus
  11. Kokk sama.dengan mb Fit aku habis nonton Pak Ridwan Kamil di mata najwa meeweek brebes mili.

    Dunia hanya sementara pandemi mengajarkan kita bahwa usia kita tidak ada yg tau, bersyukur masih di beri usia panjang untuk berbuat baik mengumpulkan pahala dan silaturahmi mrmaksimalkan waktu buat keluarga tercinta

    BalasHapus
  12. Bener semua sih mbak tulisanmu ini semua milik Allah dan pasti kembali pada pemiliknya. Kita yg sok merasa memiliki cuma ya itu untuk sampai ke tahap penerimaan memang buruh waktu dan proses yg ga mudah ya

    BalasHapus
  13. Akubudah merasakan kehilangan adik yang paling disayangi dan lumayan lama mengobati luka hati karena kehilangan. Memang harus benar-benar menguasai ilmu ikhlas.

    BalasHapus
  14. Pas kejadian Aa Eril ini, aku juga pas banget skan kehilangan sesuatu. Tapi memang semua itu hanya masalah waktu dan momen. Kita gak benar-benar memiliki dan kita juga gak benar-benar siap ditinggalkan.

    Semoga Allah mudahkan selalu dalam melepaskan.
    Karena esensi orang hidup di dunia adalah seni melepaskan atau merelakan.

    BalasHapus
  15. Maret 2021 lalu saya kehilangan Bapak. Susah banget untuk gak bersedih dan nangis lagi. Tiap ingat, pasti aja menitikkan air mata. Sampai pada fase, gak mau ingat lagi ah..nanti malah sedih dan sedih terus. Kemudian saya berpikir, kenapa mesti saya paksa diri untuk melupakan? kenapa saya gak buat diri saya untuk menerima, bahwa inilan takdir Allah SWT. Alhamdulillah sejak menerima, saya jadi lebih tenang. Setiap mengingat, ya baca doa aja buat Rahimahullah Bapak.

    BalasHapus
  16. benar mbak, kita harus selalu yakin bahwa takdir Allah adalah yang terbaik. kehilangan memang keniscayaan bagi manusia, namun kita harus sadar bahwa apa yang di dunia ini tidak sepenuhnya milik kita, namun milik Allah.

    BalasHapus
  17. Koq bisa tulisan ini mirip banget sama artikel terbaruku :( lagi kepikiran sama yang sudah meninggal duluan aku Mba. Benar, mereka gak benar-benar hilang, hanya pindah dimensi saja menuju tempat abadi.

    BalasHapus
  18. Bener dari kehilangan Kita bisa bnyk belajar ttg begitu beratinya org2 yg berada di dekat Kita.. hargai ya

    Dan memang hrs terus belajar merenungi hikmah setiap kejadian yang telah Allah atur

    BalasHapus
  19. Meyakini takdir Allah swt yang terbaik ada saatnya ga gampang butuh proses, pernah di titik kehilangan, walaupun sadar takdir sampai sekarang kadang suka bertanya dlm hati. Why oh why apa karena dosa yg ini yg itu. Bisa move on tapi kadang mash bertanya -tanya

    BalasHapus
  20. Kehilangan paling nyesek adalah kehilangan keluarga inti. Butuh bertahun-tahun biasanya untuk sembuh. Ibuku dulu sampai tidak bisa jalan setelah tahu kabar kematian adiknya. Alhamdulillah, setelah beberapa waktu, luka di hatinya sembuh, begitu juga dengan luka kakinya

    BalasHapus
  21. Bener bangettt.. semua hanya titipan dari Allah. Tapi wajar ya Mbak kalau kita kehilangan sesuatu trus sedihhh.. yah itulah manusia, yg punya perasaan. Hehe. Asal sedihnya gak berlebihan.

    BalasHapus
  22. Semua memang titipan, ga benar-benar milik kita. Dengan cara itu hidup saya jadi woles. Tapi mungkin kelewat woles bagi orang lain kalau urusan kepemilikan benda berupa harta, karena saya mudah banget mengikhlaskannya.

    BalasHapus
  23. maming kenapaaa?
    iya sebenarnya di dunia ini hanya sementara
    mau legowo itu yaa butuh proses, butuh waktu
    berserah pada Allah :)

    BalasHapus
  24. Yang bagian tidak ada yang benar-benar milik kami :""") jadi inget yang podcast VJ Daniel soal kehilangan dan itu bagus banget, mirip dengan poin tsb yang dimana kita justru harus berterima kasih kepada Allah telah "dipinjamkan" kepada kita sejenak. Semangaaat ❤️

    BalasHapus
  25. yups, di dunia ini memang semuanya hanya titipan, tapi kadang merasa sok memiliki. dan penerimaan, inilah yang paling sulit.
    aku kalau lagi sedih, kok hidup gini, pelarian aku ya dengerin ceramah tentang takdir Allah, dan hati bisa lebih menerima.

    BalasHapus

Posting Komentar

Hai, terima kasih sudah mampir di cigrey.com. Yuk leave comment. Semoga bermanfaat ^^

Mohon maaf komentarnya dimoderasi dulu ya 🙂
Twitter / IG : @uciggg (sila follow yaa ^^)